Sebebelum kita memahami arti estetika dari sebuah film
alangkah baiknya kita mengetahui apa arti dari film terlebih dahulu, Film
adalah gambar bergerak yang juga sering disebut movie. Film secara kolektif
sering disebut sebagai sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik
atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan cairan selulosa,
biasa di kenal di dunia para sineas sebagai seluloid. Pengertian secara
harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho =
phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi
pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak
dengan cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut dengan
kamera. Film adalah sekedar gambar yang bergerak, adapun pergerakannya disebut
sebagai intermitten movement, gerakan yang muncul hanya karena keterbatasan
kemampuan mata dan otak manusia menangkap sejumlah pergantian gambar dalam
sepersekian detik. Film menjadi media yang sangat berpengaruh, melebihi media
media yang lain, karena secara audio dan visual dia bekerja sama engan baik
dalam membuat penontonnya tidak bosan dan lebih mudah mengingat, karena
formatnya yang menarik.
Sekarang kita telah mengerti apa arti dari film dan sekarang
kita lanjut untuk membahas apa maksud estetika dari sebuah film
Persoalan Estetika dalam film adalah sebuah studi yang
melihat film sebagai sebuah seni dan pesan artistik. Oleh karenanya
konsep-konsep tentang keindahan, rasa dan kenikmatan menjadi pertimbangan saat
melihat film dari perspektif tersebut. Di sini estetika film menjadi masuk
dalam perdebatan umum tentang estetika, sebagai sebuah disiplin fisafat yang
menaruh perhatian pada semua bentuk-bentuk seni.
Secara khusus
estetika film memiliki dua tampilan sekaligus, yaitu membahas persoalan film
secara umum yang terkait dengan masalah estetika dan aspek-aspek khusus yang
membahas karya-karya film tertentu. Hal ini disebut dengan analisa film atau
kritik film. Tapi bagaimana film bisa menjadi sebuah seni seperti halnya seni
lukis, musik, dan patung, bukankah unsur terpenting dari seni adalah sifatnya
yang tidak pernah bisa sepenuhnya menjadi realita objektif.
Persoalan inilah yang menjadi trending topik pada saat
fotografi kemudian film muncul Sebab produk-produk yang dihasilkan keduanya
bukanlah sebuah representasi melainkan sebuah reproduksi dari realita. Terlebih
film yang mampu menyamai realita yang diacunya menjadi sarna persis dalam
anggapan masyarakat pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, melalui imaji
fotografi dan gerak yang dihasilkannya dari rekaman atas sebuah peristiwa yang
ada di kenyataan sehari-hari.
Andre Bazin memberi jawaban atas persoalan tersebut, Berangkat
dari tradisi realisme bagi Bazin tujuan dari film, karena kekhasan dari imaji
yang dihasilkan mediumnya adalah keharusan kamera film untuk mengabadikan
realita itu sendiri, Sedangkan bagi para teoritikus formalis, film adalah sebuah
medium seni dan ekspresi artistik tapi diperlukan syarat untuk itu yakni
melalui eksplorasi atas elemen-elemen yang membentuk medium tersebut. Bagi Se
rge i Eisenstein dan kaum montage-Soviet jawabannya ada pada editing, Bagi Bela
Balasz ada pada close-up, sedangkan Arnheim melihat variasi posisi dari
sudut-sudut kamera dalam pengambilan gambar. Baik Formalis ataupun Realis
seperti Bazin, film adalah seni dan sebuah medium ekspresi artistik.
Jadi bisa kita simpulkan bahwa banyak faktor untuk kita bisa
melihat estetika dari sebuah film, bisa dari variasi posisi dari sudut-sudut
kamera, pada close-up, pada editing, dan sebagainya
Sumber Jurnal : https://drive.google.com/file/d/0BwPO4Wl1LMVua04xZi05LTNMaVk/view
Tidak ada komentar:
Posting Komentar